ISU STRATEGIS DALAM KEWIRAUSAHAAN DAN USAHA KECIL

2
31757

1.1       Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro & Abimanyu, 1995). Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan. Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dapat dikatakan juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter.

Sudut pengamatan luar masalah manajemen industri kecil dan menengah kita bisa melihat adanya kelompok-kelompok persoalan dengan lingkungannya sendiri-sendiri yang kesemuanya membentuk suatu ekosistem. Pertama-tama, melihat ke lingkungan yang paling dekat, kita mendapatkan kelompok permasalahan psikologi pengusaha dan tenaga kerja. Di situ kita dapatkan masalah-masalah motivasi, sikap hidup, kebiasaan sehari-hari, adat-istiadat, pola tingkah laku, perkembangan kejiwaan, dan sebagainya.

Lingkungan permasalahan kedua, adalah soal kemampuan teknis pengelolaan usaha. Di sini kita dapatkan masalah-masalah seperti, kemampuan mengatur keluar-masuk uang, pembukuan dan administrasi perusahaan, teknik pemasaran, menghitung biaya produksi dan menentukan harga, mengatur pembagian kerja, pengambilan keputusan, perencanaan produksi, mengembangkan disain produk, dan seterusnya.

Ketiga adalah potensi dan kemampuan usaha sangat mempengaruhi manajemen, apabila masyarakat cukup tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Bahkan masyrakat atau pengusaha dapat mengusulkan peraturan dan kebijaksanaan kepada pemerintah agar tercipta kesempatan usaha.

Lingkungan ekologi keempat adalah masalah struktur pasar. Perkembangan dan praktek manajemen seringkal, berhadapan dengan struktur pasar ini. Suatu usaha atau perusahaan tidak bisa maju bukan karena kelemahan manajemen struktural ini. Tapi masalah ini bisa pula dilihat dari segi lain. Umpanya kita melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi struktur pasar. Pola pendapatan masyarakat dan perkembangan pendapatan ke arah polarisasi baru, mempengaruhi struktur pasar.

Sarana dan prasarana manajemen adalah faktor kelima yang perlu diamati secara tersendiri. Sarana prasarana ini bisa menyangkut bidang produksi, bisa pula menyangkut bidang manajemen. Kegiatan pemerintah yang aktif untuk menyediakan prasarana dan sarana pemasaran, akan mempengaruhi pula pola manajemen industri kecil dan menengah. Sistem perilanan, promosi pemasaran, adanya pekan raya, dan semacamnya, mempengaruhi orientasi produksi dan pemasaran dan sarana itu memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan manajemen. Iklim perekonomian adalah lingkungan keenam yang perlu diperhatikan, sebab faktor ini bisa menghambat atau mendorong pelaksanaan manajemen usaha. Dalam negara, di mana pemerintah memegang peranan memimpin, maka iklim peekonomian pada dasarnya diciptakan oleh kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah. Iklim usaha bisa meningkatkan dan kemudian melumpuhkan usaha manajemen yang tadinya menampakkan suksesnya. Erat hubungannya dengan lingkungan atau perangkat kebijaksanaan pemerintah maka peraturan-peraturan yang diciptakannya oleh pemerintah untuk mengatur dunia usaha, juga merupakan dunia yang tersendiri. Soal izin usaha sangat berpengaruh pada usaha-uasaha kecil. Banyak peraturan-peraturan pemerintah itu bertujuan untuk membantu dan menguntungkan dunia usaha. Apabila dunia usaha lebih banyak mengetahui peraturan-peraturan itu, maka mereka akan bisa mengambil keuntungan dan manfaat dari segi manajemen.

Sistem teknologi adalah lingkungan kedelapan dalam catatan ini yang perlu diperhatikan dalam pengembangan manajemen. Pengetahuan para pengusaha dalam perkembangan mesin-mesin dan alat-alat ini sangat kurang atau tidak merata. Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah kerap kali terebut (atau direbut) pasarannya oleh perusahaan-perusahaan besar asing karena kurang mengikuti perkembangan teknologi. Penemuan-penemuan teknologi perlu dilakukan guna mengangkat potensi yang ada. Apabila tidak, maka industri kita akan dimasuki oleh teknologi asing yang memproduksi barang-barang baru yang bahannya.

Dengan melihat lingkungan manajemen tersebut, barangkali kita bisa menyederhanakan persoalan manajemen sebagai berikut. Dari segi penawaran (supply-side), masalah utamanya adalah pengelolaan produksi. Dari segi permintaan (demand-side) kita melihat pemasaran. Kedua segi itu dapat dibagi pula menjadi dua lingkup permasalah yaitu lingkup internal dan eksternal. Lingkup internal mengandung masalah-masalah yang kira-kira berada dalam batas kemampuan pengusaha untuk mengatasinya. Sedangkan lingkup eksternal mengandung masalah-masalah yang lebih banyak ditentukan faktor luar, bahkan kerap kali berada di luar kemampuan pengusaha untuk mengusainya atau mengubahnya.

Pengusaha yang lebih ”berbudaya” adalah mereka yang telah memikirkan mutu, meningkatkan mutu, memelihara mutu, menciptakan standar mutu berdasrkan harga-harga tertentu, mengembangkan desain-desai baru, memikirkan selera konsumen, pokknya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan selera pembeli. Pengusaha yang baik dan berbudaya, senantiasa ingin memperbaiki mutu produksinya, demi kepuasan konsumen.

Semua merupakan tujuan ”akhir” atau tujuan pokok dari suatu usaha. Yang perlu diingat adalah, bahwa ”laba” apalagi laba yang sebesar-besarnya, bukanlah tujuan utama pengusaha yang baik, berbudaya dan ingin maju, bukan tujuan tunggal. Tujuan-tujuan yang laij adalah mencapai dan mempertahankan stabilitas, mempertinggi produksi dan produktivitas, menganekaragamkan produk, biar konsumen mempunyai pilihan yang lebih banyak, memperbaiki mutu dan menjaga standar agar konsumen puasa dan tidak ragu akan jaminan mutiu, agar dapat mempekerjakan lebih banyak orang, supaya upah buruh bisa dinaikkan, supaya perusahaan secara keseluruhan bisa maju, dan semua orang bisa mengambil manfaat dari kemajuan itu. Di samping tujuan akhir perusahaan, maka pengusaha yang baik tentu akan melihat pula ke dalam dan memperhatikan kekurangan-kekurangannya.

Tujuan-tujuan itu barangkali lebih merupakan tugas sehari-hari dari para manajer atau pengusaha, tapi kerap kali mengandung nilai tersendiri jika kita ingin memperbaiki manajemen. Modernisasi alat-alat produksi, menekan ongkos, memperbaiki cara kerja, dan semacamnnya memerlukan kultur pula. Dalam rangka itu semua, kita perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk mencapaiu efektivitas manajemen praktis. Langkah-langkah atau pemikiran-pemikiran itu dapat diabstrakkan sebagai berikut:

Pertama, pengusaha dan manajer perlu mengenal diri sendiri, mengetahui kekuatan maupun kelemahannya sehingga mampu mengaktualisasikan potensi dirinya sendiri secara optimal dan seimbang. Kedua, pengusaha perlu menguasai teknik-teknik manajemen, baik di bdang produksi maupun pemasaran, setidak-tidaknya atau lebih baik dalam rangka memajukan perusahaan, pengusaha bisa memanfaatkan keahlian-keahlian teknis manajemen. Ketiga, pengusaha perlu juga menambah pengetahuan dan selalu berusaha mengikuti perkembangan dengan mendapatkan dan memperhatikan informasi dan bersikap tanggap. Keempat, kerjasama di lingkungan perusahaan dalam pembagian kerja yang serasi merupakan kunci kemajuan bersama. Termasuk di dalamnya, soal memperbaiki suasana kerja, merupakan hal yang perlu diperhatikan. Kelima, pengusaha yang ingin maju haruslah percaya pada organisasi dan cara kerja yang teratur. Keenam, kerjasama melalui organisasi di luar perusahaan, merupakan kebutuhan mutlak dalam situasi yang berkembang cepat itu, juga dalam rangka membentuk kekuatan di lingkungan usahanya. Ketujuh, disiplin untuk membuat dan mentaati rencana, merupakan ciri pula pada pengusaha yang ingin maju. Dan akhirnya, kontrol terhadap orang lain dan diri sendiri merupakan faktor yang bisa melindungi pengusaha dari kesulitan yang mungkin timbul.

Dengan demikian seorang usahawan dan pengusaha kecil memerlukan strategi untuk dapat mengembangkan usahanya agar dapat memenangkan persaingan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik membuat makalah berjudul “Isu Strategis Dalam Kewirausahaan dan Usaha Kecil”.

1.2       Identifikasi Masalah

            Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

  1. Bagaimana tantangan dan masalah dalam kewirausahaan dan usaha kecil,
  2. Bagaimana pengambilan resiko dan manajemen strategik usaha kecil,
  3. Bagaimana cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah.

1.3       Tujuan Makalah

            Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

  1. Tantangan dan masalah dalam kewirausahaan dan usaha kecil,
  2. Pengambilan resiko dan manajemen strategik usaha kecil,
  3. Cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah.

2.1       Arti Penting Perusahaan Kecil dan Bisnis Kewirausahaan

Sebelum membicarakan tentang manajemen usaha kecil ada baiknya kita membicarakan dulu tentang kewirausahaan yang merupakan elemen yang penting di dalam manajemen usaha kecil tersebut. Di Amerika Serikat misalnya, kewirausahaan seringkali diartikan sebagai seseorang yang memulai bisnis baru, kecil dan milik sendiri. Kata .wirausaha. atau .wiraswasta. dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad 17. Wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri. Harus diakui memberikan definisi realis dari wirausaha tidak semudah semudah memformulasi definisi etimologisnya. Dalam berbagai referensi kita memenukan rumusan yang dikemukakan para pakar manajemen tentang wirausaha atau entrepreneur. Menurut Zimmerer dan Schorborough (1998) dalam Riyanti (2003:22) menyebutkan sebagai berikut:

An entrepreneur is one who creates a new business in face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resource to capitalize on them.

Peter dan Hisrich (1998:9) juga mengemukakan pendapat yang hampir senada, yaitu :

Entrepreneurship is process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, asumming the accompanying financial, physic and social risk, and receiving the resultingrewards of monetary and personal satisfactin and independence.

Meredith (2002) berpendapat bahwa para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Dari berbagai pengertian tersebut tentang wirausaha dapat kita tarik suatu kesimpulan, sebagai berikut : Wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dengan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menetukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannnya serta permodalan operasinya..

Kewirausahaan memang sangat identik dengan usaha kecil. Tidak banyak buku yang membahas tentang pengertian tentang usaha kecil dan menengah, karena belum ada batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil dan menengah. Wheelen dan Hunger (2002) berpendapat bahwa usaha kecil di operasikan dan dimiliki secara independen, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek-pratek inovasi strategis. Pengertian usaha kecil di Indonesia masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan usah kecil adalah :

  1. Memiliki kekayaan paling banyak Rp 200.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau
  2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-
  3. Milik warga negara Indonesia.
  4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasi atau berafiliasi baik langsung mauapaun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
  5. berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hokum termasuk koperasi.

Usaha kecil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu mereka yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir (barang atau jasa konsumsi atau final) dan mereka yang berhubungan dengan perusahaan lain sebagai pemasok, sub kontrak dan lain-lain (Dirjen ILMK, 1997). Berdasarkan UU No.9/1995 tersebut juga, Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah membuat empat kelompok bidang usaha yang ada pada usaha kecil dan menengah (UKM), yaitu : perdagangan, industri pertanian, industri non pertanian dan aneka jasa.

Terlepas dari keragaman pengertian itu, kiranya penting untuk diketahui adalah karakteristik atau ciri-ciri usaha kecil secara umum. Berdasarkan studi-studi yang dilakukan Mitzer serta Musselman dan Hugehs (Sutojo dkk, 1994), dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum usaha kecil dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

  1. Kegiatan cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha.
  2. Struktur organisasi bersifat sederhana.
  3. Jumlah tenaga terbatas dengan pembagian kerja yang longgar.
  4. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan.
  5. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan kadang-kadang tidak memilikinya sama sekali.
  6. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya.
  7. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas.
  8. Margin keuntungan sangat tipis.

Di samping itu, usaha kecil dapat memainkan peranan penting untuk menjaga dinamika pertumbuhan dan perluasan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas. Usaha kecil berperan bukan saja pada aspek sosial seperti pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan kerja, tetapi juga dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi pada sector industri dan ekspor.

Seorang wirausahawan sebagai seseorang yang mengorganisasi dan mengelola sebuah bisnis dan mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan serta pada ujungnya merupakan seorang manajer strategis. Semua level strategi-korporasi, bisnis dan fungsional menjadi perhatian dari pendiri dan sekaligus pemilik manajer perusahaan tersebut.

2.2       Manfaat Manajemen Staregis

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 503) beberapa alasan perusahaan kecil blm menggunakan perencanaan strategis secara efektif.

  • Tidak cukup waktu. Masalah operasional sehari-hari menyita waktu yang diperlukan untuk perencanaan jangka panjang.
  • Tidak mengenal dengan baik perencanaan strategis. Pimpinan perusahaan kecil mungkin tidak menyadari arti penting perencanaan strategis atau bahkan memandangnya sebagai hal yang tidak relevan. Perencanaan mungkin dipandang sebagai sesuatu yang tidak fleksibel.
  • Kurangnya keahlian. Manajer perusahaan kecil sering tidak mempunyai keahlian yang memadai untuk memulai perencanaan strategis dan tidak mempunyai atau tidak ingin mengeluarkan sejumlah uang guna meminta bantuan konsultan. Ketidakpastian masa depan justru digunakan untuk membenarkan tidak adanya perencanaan.
  • Kurangnya rasa percaya dan keterbukaan. Banyak pemilik-manajer perusahaan kecil yang sangat sensitive terhadap informasi kunci bisnisnya dan tidak mau mengembangkan perencanaan strategisnya bersama dengan karyawan ataupun dengan pihak luar.

Memulai Proses Manajemen Strategis pada Perusahaan Kecil / Wirausahawan.

Pertanyaan informal untuk memulai proses manajemen strategis dalam perusahaan kecil atau wirausaha.

Formal                                    Informal

 Menentukan misi                  Apa tujuan keberadaan kita ?

 Menentukan tujuan              Apa yang akan kita capai ?

 Perumusan Strategi              Bagaimana bersaing dan mencapai sasaran ?

 Menentukan kebijakan         Aturan apa yang harus diikuti agar dapat

                                                    mengerjakan kegiatan dengan baik?

 Membuat program                Bagaimana mengelola operasi perusahaan

                                        semurah dan sebaik mungkin ?

 Menyiapkan anggaran          Berapa banyak biaya yang diperlukan dan dari

                                                    mana dana tersebut diperoleh ?

 Menentukan prosedur          Seberapa rinci kita harus menjelaskan tugas-tugas

                                                    yang akan dikerjakan ?

 Mengukur kinerja                 Faktor-faktor apa yang akan menentukan

                                                    kesuksesan kita dalam bekerja ?

Karakteristik Model Manajemen Strategik Pada Perusahaan Kecil:

  1. Perumusan dan perencanaan strategik lebih bersifat informal, dimana kepentingan pemilik masih cukup dominan
  2. Sampai dengan tahap tertentu, peran pemilik dalam pelaksanaan keputusan strategik masih dominan
  3. Dalam tahap evaluasi, prosedur standar seringkali tidak dapat digunakan.

2.3       Kegunaan Proses Pengambilan Keputusan Staregis

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 503), proses pembuatan keputusan strategis:

  1. Mengembangkan ide bisnis dasar, dengan melibatkan sebuah produk dan atau jasa yang mempunyai target pelanggan dan atau pasar. Ide dapat berdasarkan pengalaman seseorang atau dikembangkan melalui wawasan kreatif.
  2. Mengamati lingkungan eksternal utk melihat faktor2 strategis yang ada pada lingkungan social dan tugas, yang menunjukkan peluang dan ancaman. Pengamatan seharusnya terfokus pada potensi pasar dan kemampuan sumber daya untuk dapat diakses.
  3. Mengamati factor strategis internal yang relevan dengan bisnis baru. Seorang wirausahawan seharusnya mempertimbangkan secara objektif asset pribadi, bidang keahlian, kemampuan, dan pengalaman, semua hal yang dibutuhkan dalam bisnis baru.
  4. Menganalisis factor strategis dalam situasi sekarang. Seorang wirausahawan harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan potensial dari bisnisnya.
  5. Memutuskan untuk berhenti atau melanjutkan dengan menentukan apakah ide dasar bisnis masih tetap layak dilanjutkan.
  6. Mengembangkan sebuah rencana bisnis yang menguraikan ide menjadi sebuah kenyataan.
  7. Menerapkan rencana bisnis dengan prosedur dan rencana tindakan.
  8. Mengevaluasi rencana bisnis yg diterapkan dengan membandingkan kinerja actual dengan proyeksi kinerja.

2.4       Isu-isu dalam Pengamatan Lingkungan dan Perumusan Strategis

            Pengamatan lingkungan dalam bisnis kecil lebih sederhana dibanding perusahaan besar. Bisnis biasanya terlalu kecil untuk menarik seseorang untuk hanya menjalankan aktivitas pengamatan lingkungan atau perencanaan strategis. Manajer puncak, terlebih jika sekaligus sebagai pemilik, cenderung yakin bahwa mereka mengetahui bisnisnya dengan lebih baik.

            Alasan mendasar perbedaan perumusan strategis antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil terletak pada hubungan antara manajer dan pemilik. CEO perusahaan besar biasanya harus mempertimbangkan berbagai kepentingan yang beragam dari semua stakeholder. CEO perusahaan kecil yang juga bertindak sebagai pemilik stakeholder utama perusahaan. Analisis SWOT relevan bagi perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Kekuatan dan kelemahan terbesar dari perusahaan kecil, khususnya pada tahap awal, ada pada pemilik-manajer perusahaan tersebut. Wirausahawan adalah seorang manajer, sumber strategi produk/pasar, dan penggerak perusahaan. Oleh karena itu penilaian internal terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan baru berfokus pada aspek personal pendiri- asset, kemampuan, keahlian dan pengalaman.

  • Sumber Inovasi

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 509), terdapat tujuh sumber peluang inovasi dalam memulai bisnis kewirausahaan:

  1. Hal yang tidak diharapkan
  2. Sesuatu yang bertentangan
  3. Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
  4. Perubahan dalam industry atau struktur pasar
  5. Demografis
  6. Perubahan persepsi, suasana hati, dan arti hidup
  7. Pengetahuan baru
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan baru

Menurut C.W. Hofer dan W.R. Sandberg dalam Wheelen dan Hunger (2002), ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil terutama untuk usaha baru. Sesuai dengan tingkat pengaruhnya, faktor-faktor tersebut adalah :

  1. Struktur industri

Karakteristik produk industri mempunyai pengaruh langsung terhadap suksesnya perusahaan baru. Pertama, perusahaan baru akan lebih sukses ketika memasuki industri dengan yang heterogen daripada yang homogen. Pada industri yang produknya heterogen, perusahaan baru dapat mendiferensiasi produknya dari produk pesaing dengan produk yang unik dengan memfokuskan pada segmen pasar yang mempunyai kebutuhan unik. Kedua, menurut data hasil studi, perusahaan baru akan lebih sukses jika produknya merupakan produk yang relatif tidak penting terhadap kebutuhan total pembelian konsumen daripada jika produk tersebut penting. Konsumen akan lebih mempunyai kesempatan untuk mencoba produk baru jika produk tersebut lebih murah dan kegagalan karena mengkonsumsi produk tersebut tidak beresiko.

  1. Strategi Bisnis

Kunci sukses bagi kebanyakan perusahaan baru adalah : (a). mendiferensiasi produk dari produk pesaing dalam hal kualitas dan layanan, dan (b). memfokuskan produk pada kebutuhan konsumen dalam segmen pasar yang dimasukki untuk mendapatkan ceruk pasar (strategi kompetitif diferensiasi dari Porter).

  1. Karakteristik Wirausaha

Ada empat faktor perilaku yang berpengaruh terhadap kesuksesan

perusahaan baru, yaitu :

  1. Wirausaha sukses lebih baik dibanding orang lain dalam mengidentifikasi kesempatan bisnis potensial. Mereka memfokuskan pada aspek kesempatan, bukan pada masalah, dan mencoba belajar dari kegagalan. Wirausahawan berorientasi pada tujuan dan mempunyai pengaruh budaya yang kuat pada organisasinya.
  2. Wirausaha sukses biasanya memiliki sense of urgency yang membuat mereka beroreintasi pada tindakan. Mereka mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk berprestasi dan hal itu memotivasi mereka untuk mengembangkan ide ke dalam tindakan.
  3. Wirausahawan sukses mempunyai pengetahuan terinci atas faktor-faktor kunci yang diperlukan untuk sukses dalam industry dan stamina fisik yang diperlukan untuk pekerjaannya.
  4. Wirausahawan sukses mencari bantuan dari pihak luar untuk melengkapi keahlian, pengetahuan dan kemampuannya.
  • Beberapa petunjuk untuk kesuksesan perusahaan baru

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 509), beberapa tip untuk keberhasilan perusahaan kecil :

  1. Fokus pada industri yang pertumbuhannya cepat, khususnya industri yang dikuasai pesaing yang sudah mapan
  2. Mencari industri dimana perusahaan yang lebih kecil memiliki posisi persaingan yang lemah
  3. Mencari industri dimana ada peluang untuk menciptakan halangan masuk yang tinggi untuk pesaing potensial
  4. Mencari industri dengan heterogenitas produk tinggi, dan produk tersebut relatif tidak penting bagi kesumsesan konsumen
  5. Memprioritaskan Strategi differensiasi dan inovasi, dengan memperhatikan aspek harga yang memadai
  6. Menekankan pada aspek inovasi, khususnya inovasi produk, yang menyatu secara integral pada kemampuan organisasi
  7. Mengupayakan pertumbuhan yang alamiah dan organic melalui fleksibilitas dan kesempatan.

2.5       Isu-isu dan Implementasi Strategi

            Implementasi strategis dalam perusahaan kecil melibatkan banyak isu yang sama dengan yang terjadi pada perusahaan besar. Perbedaan utama yang ada adalah siapa yang harus menerapka strategi. Pada perusahaan kecil, perencanaan strategis biasanya merupakan pelaksanaan strategi.

  • Tahap pengembangan perusahaan kecil

Tahap A : Eksistensi

Pertama kali wirausaha menghadapi masalah dalam mendapatkan pelanggan dan menyediakan produk dan jasa yang ditawarkan. Struktur organisasi masih sederhana.

Tahap B : Kelangsungan hidup

            Perusahaan mulai dapat memuaskan kebutuhan pelanggan agar terus hidup. Keseluruhan bisnis akan tutup bila pemilik kehabisan modal awal. Perusahaan yang memasuki tahap kelangsungan hidup akan memberi perhatian pada pengembangan aliran kas yang diperlukan untuk memperbaiki dan mengganti asset modal serta untuk membiayai tahap pertumbuhan dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan.

Tahap C : Sukses

            Pada tahap ini penjualan perusahaan telah mencapai tingkatan dimana perusahaan tidak hanya mendapat untung, tetapi juga menghasilkan aliran kas yang cukup untuk diinvestasikan kembali. Isu kunci pada tahap ini adalah:

  • Perusahaan dapat mengikuti strategi stabilitas dengan baik dan tetap nyaman dalam posisinya sekarang, dimana perubahan lingkungan tidak akan mengganggu posisi perusahaan atau mengurangi kemampuan bersaing perusahaan. Mulai tahap ini manajer-manajer fungsional menggantikan peran pemilik.
  • Seorang wirausahawan akan menanggung risiko atas semua kas dan pinjaman perusahaan untuk tumbuh. Perencanaan strategis dan operasional dikembangkan dengan baik dan melibatkan pemilik.

Tahap D : Tinggal Landas

            Masalah utama pada tahap ini adalah bagaimana perusahaan tumbuh secara cepat dan bagaimana membiayai pertumbuhan tersebut. Pendiri harus belajar mendelegasikan tugas kepada manajer professional spesialis atau kepada tim manajer yang terdiri atas manajemen puncak perusahaan.

Tahap E : Kematangan sumber daya

            Pada tahap ini perusahaan telah mencapai posisi dan karakteristik sebagai perusahaan besar. Perusahaan mungkin masih berukuran kecil sampai sedang, tetapi dikenal sebagai pemain penting dalam industri. Perhatian terbesar perusahaan pada tahap ini adalah: mengontrol hasil finansial sebagai akibat pertumbuhan yang cepat dan mempertahankan fleksibilitas dan semangat kewirausahaan.

Resnik dalam Certo dan Peter (1991) membuat sepuluh saran untuk formulasi strategi usaha kecil yang dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan sukses. Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut, adalah sebagai berikut :

  1. Menjadi Obyektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam bangunan sebuah bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal yang mendasar.
  2. Membuat sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah efektif. Usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak dan keuntungan adalah hal yang paling utama.
  3. Fokus pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusus yang menemukan keinginan dan kebutuhan dari pemilihan kelompok pelanggan.
  4. Mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan bagaimana untuk meraih dan menjual kepada pelanggan.
  5. Memanajemen tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.
  6. Membuat catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya dalam urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan.
  7. Tidak pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia usaha kecil.
  8. Menghindari perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat. Usaha kecil harus hati-hati melakukan ekspansi.
  9. Mengerti seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan keuntungan usaha kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari seluruh fungsi bisnis.
  10. Merencanakan ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis dan menantang, pencapaian yang masih, tujuan dan mengubahnya menjadi aktifitas yang produktif.

Hisrich dan Peter (1998) menyatakan dua hal yang harus diperhatikan di dalam menumbuhkan usaha agar bisa mencapai keberhasilan, yaitu :1) Pengendalian keuangan, yang bisa dilakukan dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan dan memaksimalkan penjualan; dan 2) Pengendalian tenaga kerja, dengan cara merekrut, memotivasi dan mengarahkan mereka agar menjadi suatu tim yang kuat.

3.1       Tantangan Dan Masalah Usaha Kecil

Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp 50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka. Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh PK jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.

  • Mencari Strategi Pemberdayaan Yang Tepat

Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam:

  • Aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omset/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan sumberdaya manusia.
  • Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).
  • Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem Bapak- Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.
  • Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
  • Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan usaha kecil. Hanya saja, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang tindih dan dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil ini pada gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector oriented, di mana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau bidang binaannya sendiri- sendiri. Akibatnya terjadilah dua hal: (1) ketidakefektifan arah pembinaan; (2) tiadanya indikator keberhasilan yang seragam, karena masing-masing instansi pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria yang telah mereka tetapkan sendiri. karena egoisme sektoral/departemen, dalam praktek sering dijumpai terjadinya “persaingan” antar organisasi pembina. Bagi pengusaha kecil pun, mereka sering mengeluh karena hanya selalu dijadikan “obyek” binaan tanpa ada tindak lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung. Dalam konteks inilah, usulan Assauri (1993) untuk mengembangkan interorganizational process dalam pembinaan usaha kecil menarik untuk kita simak. Dalam praktek, struktur jaringan dalam kerangka organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk inkubator bisnis dan PKPK (Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil). PKPK adalah ide dari Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau menjadi pengusaha menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan koordinasi antar instansi. Saat ini tercatat sudah ada 16 PKPK di Indonesia, yang tersebar di  propinsi, yang konon diperluas hingga 21 perguruan tinggi pada 18 propinsi. Kegiatan semacam ini ini merupakan suatu terobosan yang tepat mengingat potensi pengusaha kecil di Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan

3.2       Pengambilan Resiko Dan Manajemen Strategik Usaha Kecil

Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi risiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi risiko tinggi, karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai.

Apakah Situasi Berisiko itu?

Situasi berisiko terjadi jika anda diminta membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih, yang bakal hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini mengandung potensi kegagalan dan potensi sukses. Semakin besar kemungkinan kerugian, semakin besar risikonya. Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan.  Hal ini lebih-lebih berlaku pada perilaku pengambilan risiko.  Beberapa kaitan itu antara lain demikian: Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan anda sendiri juga penting. Dalam mengambil keputusan perlu adanya suatu alternatif yang harus diambil, yaitu alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif” tergantung pada:

  1. Daya tarik setiap alternatif
  2. Sejauh mana anda bersedia rugi
  3. Kemungkinan relatif sukses dan gagal
  4. Seberapa jauh anda meningkatkan.

Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, antara lain: Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovatif, Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri, Pengetahuan realistik.

Pengambilan Risiko Pribadi

Hal yang hakiki dalam merealisasi potensi anda sendiri sebagai wirausaha.

Contohnya: pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan istri, teman-teman dan tetangga akan membantu anda memperoleh pengalaman untuk menilai serta mengambil risiko dan mengelakkan risiko yang kecil ganjaran potensialnya.

  • Mengembangkan Ide-ide Kreatif

          Pengambilan risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para wirausaha.  Dengan berusaha menjadi lebih kreatif, anda juga menjadi lebih sadar akan ide-ide yang baik, maka anda akan lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide anda yang paling produktif.Jangan pernah memaksakan ide anda pada seseorang. Orang memerlukan waktu sebelum dapat menerima sesuatu yang baru. Ide yang melibatkan masa depan organisasi mengandung risiko. Setiap ada rsiko biasanya orang agak ragu-ragu. Untuk mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran-saran berikut mungkin dapat menolong:

  • Coba utarakan ide anda kepada isteri atau teman-teman anda
  • Pilihlah tempat dan waktu untuk mengemukakan ide anda kepada orang lain.
  • Kemukakan ide anda sedikit demi sedikit
  • Tipologi Pengambil Risiko

            Pada tingkat-tingkat bawah organisasi dibutuhkan pekerja-pekerja yang terampil dalam melaksanakan hal-hal yang rutin, yang sedikit saja risikonya.  Pada tingkat manajemen menengah terdapat lebih banyak kemungkinan untuk pengambilan risiko.

Mendelegasikan Wewenang dan TanggungJawab

         Seorang pemimpin harus bisa mengarahkan kegiatan-kegiatan orang dalam usaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Dan sebagai seorang pemimpin organisasi harus bersedia memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada staf dalam kegiatan.

            Pengambilan risiko khususnya penting dalam mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada staf anda.  Mengijinkan orang lain berperanserta dalam kewenangan anda merupakan ciri dari wirausaha dan berbakat maju.  Semakin banyak anda dapat mendelegasikan wewenang secara berhasil, semakin banyak waktu anda untuk menangani kegiatan-kegiatan yang paling berpengaruh atas keberhasilan masa depan organisasi anda.

Melaksanakan Perubahan

Dalam setiap kegiatan pertama-tama anda harus dapat menentukan apakah terkandung risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan anda akan mendapat tantangan.  Jika anda tahu bahwa ada sesuatu yang salah dalam bisnis anda, anda haruslah dapat menilai situasi itu secara realistic dan mencoba memecahkannya, Anda haruslah bersedia mengambil tindakan korektif yang diperlukan, yang mungkin akan mengandung risiko tertentu.

Kemampuan mengambil risiko seorang wirausaha akan ditingkatkan oleh: Keyakinan pada dirinya, kesedian dalam menggunakan kemampuan, kemampuan dalam menilai situasi, menghadapi situasi risiko sesuai tujuan. Inovasi dalam bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas lebih tinggi adalah hasil dari tindakan para wirausaha, yang bersedia menerima tantangan-tantangan lebih besar dan memikul risiko yang sudah diperhitungkan.

Mengevaluasi Risiko

      Data kuantitatif (angka-angka) akan membantu anda mengevaluasi setiap risiko dan menetapkan tujuan-tujuan anda dan juga memungkinkan anda menggariskan kemajuan secara sistematis.  Akhirnya melalui data kuantitatif, anda akan mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan ide-ide semula anda. Evaluasilah kebutuhan-kebutuhan sebelum memutuskan untuk mengambil risiko. Ada beberapa pertanyaan sebelum memutuskan untuk mengambil risiko, sebagai berikut:

Apakah risiko itu sepadan dengan hasilnya?

Bagaimanakah risiko dapat dikurangi?

Informasi apakah yang diperlukan sebelum risiko di ambil?

Orang-orang dan sumber-sumber daya manakah yang dapat membantu mengurangi risiko dan dan mencapai tujuan?

Mengapa risiko ini penting?

Apakah kekuatan anda dalam mengambil risiko ini?

Apakah anda bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ini?

Apakah yang akan dapat anda capai dengan mengambil risiko itu?

Bagaimana anda dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan anda telah tercapai?

Apakah halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan ini?

Dalam bisnis, seperti juga dalam hidup , jelas tidak mungkin mengelakkan risiko.  Jika anda mengambil risiko, anda akan menemukan kemampouan anda dan akan lebih yakin pada diri sendiri dan pandangan anda terhadap pengambilan risiko akan lebih positif, karena anda percaya pada kemampuan-kemampuan anda.  Dan anda menerima risiko sebagai tantangan-tantangan yang menuntut upaya-upaya anda yang terbaik dalam mencapai tujuan.

Contoh Pengambilan Risiko

Meskipun pengambilan risiko merupakan suatu gaya perilaku, pengambilan risiko dengan penuh perhitungan merupakan suatu keterampilan yang dapat ditingkatkan.  Berikut ini adalah prosedur-prosedur untuk menganalisis sebuah situasi risiko.:

Taksiran Risiko itu, tujuan dan sasaran, telitilah Alternatif, kumpulkan Informasi dan ukurlah Alternatif-alternatif, bagaimana meminimkan Risiko? Rencanakan dan Laksanakan Sebuah Alternatif

  1. Taksiran Risiko Itu

Langkah pertama adalah menaksir ada tidaknya risiko di dalam nyayakni apakahterdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternative.  Pilihan-pilihan anda adalah:

  • Tetaplah pada tingkat permintaan anda yang sekarang
  • Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan
  • Menyewa peralatan untuk memenuhi permintaan
  • Mensubkontrakkan kepada pembikin-pembikin yang lebih kecil.
  1. Tujuan dan sasaran

Sasaran sebuah perusahaan mungkin dirumuskan: mencapai pertumbuhan yang pelan-pelan, atau pertumbuhan mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain.  Andalah yang harus memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan tujuan dan sasaran anda.  Jika taat azas, proses pengambilan keputusan diteruskan; dan lakukanlah penaksiran alternative yang rinci.

  1. Telitilah Alternatif

Pengambilan risiko tertentu (yakni keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan anda, maka langkah berikutnya adalah mengadakan survai atas pelbagai alternative.

Beberapa pertanyaan bagi anada yamg ingin teliti dalam alternatif :

  • Apakah sebuah alternative akan menyita usaha pribadi anda?
  • Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise social?
  • Anda perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternative yang dapat dijalankan
  1. Kumpulkan Informasi dan Ukurlah Alternatif-alternatif

Tahap berikutnya adalah mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan realistic dapat dibuat secara realistic. Pelbagai akibat sebaiknya ditelusuri terus dengan kesimpulan-kesimpulan logisnya. Jika permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi produk mendorong kenaikan permintaan di pasar baru?

Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagaian pasar yang sekarang?

Dapatkan peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain?

Apakah ada kemungkinan para pembekal dan sub kontraktor menaikkan harga-harganya jika permintaan bertambah?

  • Meminimkan Risiko

Langkah yang menentukan berisikan penaksiran secara realistic tentang sejauh mana anda dapat mempengaruhi keadaan.  Hal ini mengandung unsur-unsur:

  • Kesadaran yang jelas tentang kemampuan-kemampuan anda dan kekuatan perusahaan
  • Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan anda)
  • Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan itu; dan
  • Dorongan, energi dan antusiasme untuk melaksanakan strategi itu.
  • Rencanakan dan Laksanakan Sebuah Alternatif

Sekali sebuah alternative telah dipilih, maka disusunlah sebuah rencana untuk pelaksanaannya.  Rencana ini mengandung sebuah :

  • Jadual waktu,
  • Rumusan tujuan yang jelas
  • Seperangkat rencana darurat untuk pelbagai hasil yang mungkin terjadi
  • Sebuah proses umpan balik
  • Manajemen Strategik

Adalah proses pengembangan suatu rencana bisnis untuk menuntun perusahaan sewaktu berjuang mencapai misi, tujuan, dan cita-cita serta untuk menjaga arah tujuan yang diinginkan.

Prosedur Manajemen Strategis Perusahaan Kecil, meliputi :

  1. Gunakan horizon perencanaan yang relatif.
  2. Tidak formal dan tidak terstruktur
  3. Dorong peran karyawan dan pihak luar
  4. Jangan mulai penetapkan cita-cita
  5. Fokuskan pada berpikir strategi

Proses Manajemen Strategis terdiri dari 10 langkah:

  1. Kembangkan suatu visi yang jelas dan terjemahkan menjadi pertanyaan
    1. misi yang mempunyai arti.
  2. Definisikan kompetensi inti perusahaan
  3. Berikan penilaian mengenai kekuatan
  4. Perhatikan sekeliling untuk mendapatkan peluang
  5. Identifikasikan faktor-faktor kunci untuk keberhasilan bisnis
  6. Analisa para pesaing
  7. Ciptakan tujuan dan cita-cita perusahaan
  8. Fomulasikan pilihan-pilihan strategis
  9. Jabarkan perencanaan strategis
  10. Tetapkan suatu pengendalian yang cermat

Unsur – unsur Pernyataan Misi

  1. Apa dasar kepercayaan dan nilai organisasi kita? Apa yang kita bela?
  2. Siapa pelanggan sasaran kita?
  3. Apa produk dan jasa pokok kita? Apa yang diperlukan tau diinginkan

    pelanggan agar mereka puas?

  1. Bagimana agar kita dapat lebih memuaskan kebutuhan atau keinginan

    mereka?

  1. Mengapa pelanggan berurusan dengan kita bukan dengan pesaing?
  2. Apa yang mengandung nilai bagi pelanggan? Bagaimana kita dapat

    menawarkan nilai yang lebih baik?

  1. Apa keunggulan bersaing kita? Apa sumber-sumbernya?
  2. Dalam pasar yang bagaimana kita akan memilih untuk bersaing?
  3. Siapa yang berkepentingan dengan perusahaan kita?
  4. Apa manfaat yang harus dapat kita berikan pada pelanggan 5 tahun terakhir?

3.3       Cara Membuat Rencana Bisnis Untuk Usaha Kecil dan Menengah

Beberapa cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah :

( Langkah 1) Have a VISI untuk Usaha Kecil dan Menengah. What do you want to do? Apa yang dimaksud dengan niche khusus atau demografis ingin Anda setelah melakukan? Visi harus fokus, jelas, singkat, dan sangat spesifik. Tanpa visi yang jelas untuk Anda usaha kecil, Anda akan menembak ke sana-sini. Anda harus menghabiskan banyak waktu dan pemikiran dalam menciptakan visi yang jelas untuk usaha kecil. Perusahaan-perusahaan besar – dan jika Anda menjadi sebuah bisnis besar – memiliki kemewahan pemasaran sendiri ke banyak demografis. Think jumlah demografis Coca Cola ke pasar. Anda, di sisi lain, sebagai pemilik usaha kecil, perlu pergi setelah satu atau dua sangat spesifik niches agar dapat berhasil. Yang membawa kita ke langkah 2.

(Langkah 2) Membuat TUJUAN KEUANGAN BULANAN. Berapa banyak uang yang anda perlukan untuk membuat di Januari? di bulan Februari? Pada semua bulan dalam setahun untuk melakukan investasi senilai sedangkan Anda? Ini harus realistis keuangan berdasarkan tujuan atas tujuan-tujuan pemasaran. Memiliki tujuan dengan masing-masing Anda melakukan strategi pemasaran dan melacak tujuan Anda untuk melihat apakah mereka datang ke hasil. Jika tidak, memodifikasi sarana pencapaian tujuan. Don’t be a pie-in-the-sky dreamer yang berpikir bahwa mereka 15 brosur di toko grocery lokal akan mendatangkan pendapatan $ 10,000 pada bulan Desember misalnya. Entrepreneurialism adalah untuk realists – tidak idealists. Yang membawa kita ke langkah 3.

( Langkah 3) Rincian pengeluaran Anda BULANAN. Apa yang akan Anda biaya akan di Januari? di bulan Februari? pada semua bulan dalam setahun? Biaya ini harus rinci dan seakurat mungkin. Menyiapkan berbagai kategori dan subkategori untuk setiap pengeluaran. Yang membawa kita ke langkah 4.

( Langkah 4) Anda akan bertanggung jawab untuk rencana bisnis untuk sepanjang tahun, khususnya untuk bulanan dan tahunan pendapatan serta pengeluaran Anda. Mengubah strategi pemasaran yang dapat dimengerti jika tidak memukul tujuan setelah 3 bulan, namun tujuan keuangan tahunan harus tetap konsisten.

  • Arti Penting Rencana Bisnis

Tiga perempat dari usaha kecil gagal dalam dua atau tiga tahun pertama. Pemilik usaha yang menyiapkan sebuah rencana bisnis, perencanaan struktur dan strategi bisnis sebagai fungsi dari masing-kegiatan bisnis, lebih memungkinkan untuk mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan. Bahkan jika mereka tidak gagal, mereka akan membuat lebih banyak keuntungan daripada jika mereka tidak memiliki perencanaan. Rencana bisnis bukan hanya urusan meminjam uang. Satu-satunya hal yang seringkali dijadikan alasan pemilik membuat bisnis plan hanya ketika mereka berniat pergi ke bank atau investor untuk meminta uang. Setelah persyaratan pinjaman beres, maka rencana tiggal rencana, tanpa pernah mereka tinjau lagi. Sebuah rencana bisnis resmi memiliki beberapa elemen umum tanpa memperhitungkan sifat bisnis Anda. Ketika Anda lebih cepat belajar dan menguasai elemen-elemen ini, maka Anda akan lebih cepat mendapatkan kontrol dari bisnis Anda dan langsung terhadap profitabilitas yang lebih tinggi.

  1. Ringkasan Eksekutif

Hal ini lebih dari sekedar pengenalan, adalah versi yang lebih pendek dari seluruh rencana bisnis. Jika Anda sedang melakukan presentasi rencana Anda ke pihak ketiga, orang-orang yang membaca ringkasan Anda harus dapat memahami bisnis Anda, tanpa perlu membaca rencana lebih lanjut.

  1. Sekilas Perusahaan

Unsur ini menjelaskan bisnis Anda secara garis besar:

  • Sifat dari bisnis Anda
  • Kunci faktor industri Anda
  • Pelanggan Anda
  • Produk dan layanan yang ingin Anda kembangkan
  1. Lingkungan bisnis

Di sini Anda ingin menjelaskan sifat iklim usaha di mana Anda beroperasi, maka rencana bisnis Anda harus dilengkapi:

  • Arah di pasar yang Anda bergerak
  • Apa yang pelanggan Anda cari
  • Kondisi bisnis
  • Sifat dari persaingan
  • Peluang yang Anda lihat
  • Ancaman yang anda
  • Sebuah penjelasan tentang bagaimana Anda berencana untuk berhasil
  1. Deskripsi Perusahaan

Dalam bagian ini akan mencakup apa yang perusahaan Anda tawarkan ke pasar. Menggambarkan kekuatan perusahaan dan bagaimana agar perusahaan Anda tidak tersingkir dari pesaing. Karenanya, rencana bisnis Anda perlu memeriksa area berikut:

  • Manajemen dan struktur organisasi
  • Produk dan layanan
  • Teknologi baru yang diadopsi oleh bisnis Anda
  • Operasional kemampuan
  • Pemasaran kemampuan
  • Keuangan personil dan sumber daya
  1. Strategi Perusahaan

Unsur ini menggambarkan strategi perusahaan Anda, meliputi:

  • Strategi pemasaran untuk meningkatkan dan memperluas bisnis anda
  • Produk dan layanan baru strategi pembangunan
  • Operasional strategi untuk meningkatkan kecepatan, kualitas dan biaya
  • Strategi baru pengembangan karyawan untuk memenuhi kebutuhan bisnis
  • Strategi keuangan menyiapkan strategi bisnis Anda untuk peluang baru

Rencana bisnis Anda harus menjelaskan bagaimana strategi bisnis akan mempengaruhi masa depan bisnis Anda, dan juga harus ada program alternatif tindakan jika terjadi perubahan iklim usaha.

  1. Ikhtisar Keuangan

Rencana bisnis perlu dilengkapi laporan keuangan yang menggambarkan saat ini dan masa depan,  prediksi keuangan yang didukung oleh strategi yang sebelumnya dan asumsi yang dibuat. Dasar laporan keuangan untuk “saat ini” dan “masa depan” meliputi:

  • Pendapatan
  • Neraca
  • Cash-flow
  1. Rencana taktis

Rencana taktis yang meletakkan bagaimana Anda berniat untuk menjalankan rencana bisnis Anda. Mengidentifikasi:

  • Langkah utama
  • Siapa yang bertanggung jawab
  • Jangka waktu yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan rencana
  • Sumber daya yang Anda butuhkan

4.1       Simpulan

Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Oleh karena itu wirausahawan dan pengusaha kecil khususnya perlu manajemen strategic untuk mempertahankan dan memenangkan persaingan yang semakin kompleks.

4.2       Saran

  • Pengusaha dan manajer perlu mengenal diri sendiri, mengetahui kekuatan maupun kelemahannya sehingga mampu mengaktualisasikan potensi dirinya sendiri secara optimal dan seimbang.
  • pengusaha perlu menguasai teknik-teknik manajemen, baik di bdang produksi maupun pemasaran, setidak-tidaknya atau lebih baik dalam rangka memajukan perusahaan, pengusaha bisa memanfaatkan keahlian-keahlian teknis manajemen.
  • pengusaha perlu juga menambah pengetahuan dan selalu berusaha mengikuti perkembangan dengan mendapatkan dan memperhatikan informasi dan bersikap tanggap.
  • kerjasama di lingkungan perusahaan dalam pembagian kerja yang serasi merupakan kunci kemajuan bersama. Termasuk di dalamnya, soal memperbaiki suasana kerja, merupakan hal yang perlu diperhatikan.
  • pengusaha yang ingin maju haruslah percaya pada organisasi dan cara kerja yang teratur.
  • kerjasama melalui organisasi di luar perusahaan, merupakan kebutuhan mutlak dalam situasi yang berkembang cepat itu, juga dalam rangka membentuk kekuatan di lingkungan usahanya.
  • disiplin untuk membuat dan mentaati rencana, merupakan ciri pula pada pengusaha yang ingin maju. Dan akhirnya, kontrol terhadap orang lain dan diri sendiri merupakan faktor yang bisa melindungi pengusaha dari kesulitan yang mungkin timbul.

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here